Pengunjung

78442

PRIMBON™ - Gerbang Dunia Mistik & Alam Gaib
header photo
Berbagi Info Semoga Bermanfaat Bagi Anda

Hepatitis masalah kesehatan dunia

Penyakit hepatitis B dan C merupakan masalah kesehatan besar dunia. Lebih dari 2 milyar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B, dan lebih 360 juta menjadi pengidap kronis dan memiliki risiko sirosis dan kanker hati. Sementara itu, sekitar 130–170 juta merupakan pengidap virus hepatitis C, dengan angka kematian lebih dari 350 ribu per tahun. Walau bukan merupakan penyebab kematian langsung, tetapi penyakit hepatitis menimbulkan masalah pada usia produktif yaitu saat penderita seharusnya sebagai sumber daya pembangunan.

 

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH pada pembukaan The 3rd China-Indonesia Joint Symposium on Hepatobiliary Medicine and Surgery di Jakarta, 24 Juni 2010. Acara juga dihadiri Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono, Ambassador Extra-Ordinary and Plenipotentiary of RRC, Gubernur DKI Jakarta, Pengurus Besar Gabungan PPHI, PGI dan PEGI serta peserta dari berbagai Negara di Asia Pasifik.

Menurut Menkes, tantangan yang serius ini perlu mendapat perhatian kita semua. Oleh karena itu , perlu segera dikumpulkan data dan infomasi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk dijadikan dasar perumusan kebijakan guna menempatkan pengendalian penyakit hepatitis dalam daftar prioritas yang lebih tinggi.

Di samping itu, para pakar dan praktisi kedokteran dan kesehatan yang berkecimpung di bidang hepatologi klinik serta para pengelola pengendalian penyakit menular perlu bekerjasama bahu-membahu dalam merumuskan langkah-langkah untuk menangani masalah ini. Baik dari aspek diagnostik, pencegahan, pengobatan, maupun promosi kesehatan. Perhatian tidak hanya perlu diberikan di tingkat lokal dan nasional tetapi juga di tingkat regional dan global.

Ditambahkan, dalam menghadapi masalah penyakit hepatitis ini, Pemerintah Indonesia menempatkan pencegahan sebagai upaya terpenting. Baik mencegah terjadinya penyakit, maupun mencegah berkembangnya penyakit dengan cara deteksi dini, agar tidak berkembang menjadi komplikasi yang lebih buruk sehingga menimbulkan penderitaan dan beban sosial-ekonomi keluarga, masyarakat dan negara.

Upaya pencegahan hepatitis di Indonesia dimulai dengan menanamkan kesadaran pentingnya masalah ini oleh Pemerintah bersama Masyarakat. Usaha nyata telah diawali dengan program imunisasi hepatitis B pada tahun 1997, dengan sasaran utama bayi di bawah 1 tahun. Pada tahun 2003, ditingkatkan dengan mencakup bayi baru lahir dan kini telah dilaksanakan di seluruh Indonesia serta telah berhasil menurunkan prevalensi hepatitis B pada anak di bawah 4 tahun dari 6.2 % menjadi 1.4 %., kata Menkes.

Untuk mengetahui besarnya masalah kesehatan, untuk pertama kalinya dalam sejarah pada tahun 2007 Kementerian Kesehatan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Dalam survei ini telah dikumpulkan dan diperiksa sampel darah dari 30.000 rumah tangga di 294 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Hasil pemeriksaan biomedis menunjukkan prevalensi HBsAg sebesar 9.7% pada pria dan 9.3% pada wanita, dengan angka tertinggi pada kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11.9%. Sementara itu, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus hepatitis B ditunjukkan dengan angka Anti-HBc sebesar 34%, dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Ini berarti penularan horizontal memegang peran yang penting dalam penyebaran hepatitis B. Untuk hepatitis C, ditunjukkan dengan angka anti-HCV positif sebesar 0.8%, dengan angka tertinggi pada kelompok usia 55-59 tahun – yaitu sebesar 2,12%. Semua data ini merupakan data nasional berbasis populasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan berbagai upaya kesehatan dan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut, ujar Menkes.

Sebagai negara yang berada di wilayah Asia Pasifik, Indonesia dan China memiliki beban yang sama, yaitu beban sebagai daerah endemis hepatitis B, dengan banyak kesamaan dalam struktur masyarakat, sosial, ekonomi, maupun tingkat pendidikan. “Untuk itu, kerja sama antara kedua negara, dari pencegahan sampai ke pengobatan perlu terus dikembangkan menjadi kerja sama yang erat di bidang riset, baik ilmu dasar maupun terapan”, ujar Menkes.

Selain itu, Indonesia sebagai wakil negara-negara anggota WHO di Asia Tenggara pada sidang Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia bulan Januari 2010, bersama Brazil dan Columbia, telah mengusulkan resolusi Hepatitis Virus diangkat menjadi issue dunia.

Usulan diterima dan dibahas dalam sidang World Health Assembly atau Majelis Kesehatan Sedunia ke 63 bulan Mei 2010. Majelis Kesehatan Sedunia yang merupakan forum tertinggi negara-negara anggota WHO kemudian menyepakati usul Indonesia tersebut dan menetapkannya sebagai Resolusi WHA tentang Viral Hepatitis.

Inti resolusi menyerukan semua negara di dunia melakukan penanganan hepatitis B secara komprehensif, mulai dari pencegahan sampai pengobatan, dan meliputi perbagai aspek termasuk surveilans dan penelitian. “Resolusi yang merupakan prakarsa Indonesia, juga ditetapkan World Hepatitis Day - Hari Hepatitis Dunia - jatuh pada tanggal 28 Juli setiap tahunnya” urai Menkes.

The 3rd China-Indonesia Joint Symposium Hepatobiliary and Surgery ini – diselenggarakan dalam rangka memperingati 60 tahun hubungan Indonesia dan China.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id puskom.publik@yahoo.co.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it , info@depkes.go.id info@depkes.go.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it , kontak@depkes.go.id kontak@depkes.go.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it .

Go Back

Comment